Senin, 29 Juni 2015

Haru Biru Di Atap Sumatera, Gunung Kerinci 3805 mdpl ( part 5 )

Bertarung dengan badai bermodal mental




Okey... akhirnya setelah kurang lebih 5 jam perjalanan turun dari puncak sampe juga di shelter tiga. Kedua teman saya langsung tepar dan minta istirahat dulu satu jam sebelum lanjut untuk turun. Saya akhirnya pun nego dengan mas Mawardi untuk turun jam satu, tapi gag ngelarang teman-teman lain jika ingin turun duluan.

Yak, manusia merencanakan, manusialah yang menentukan. Niat turun jam satu dari shelter tiga akhirnya pun molor 4 jam, alias baru turun jam 5. Beberapa faktornya sempat hujan dan penyebab utama ada rombongan pendaki yang namu ditenda kami karena ada temannya yang sakit, jadi numpang istirahat.

Dan.. seperti biasa, bisa naik gag bisa turun. Dari shelter tiga ke shelter dua ini turunnya gag kalah berat. Saya sempet kelimpungan juga apalagi guide saya jalan belakangan. Untungnya ada dua orang rombongan pendaki dari bekasi yang sempat mampir ditenda kami, jalan bareng saya, Flo dan Novi.

Momen yang paling menyedihkan, ketika saya gag kuat berdiri karena kesangkut diantara lubang dan ranting. Entahlah, saya bukan takut ketinggian, saya hanya takut jatuh.. iya jatuuuh, aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tersesat dalam lamunan luka dalam...uw uw... *halah kok malah nyanyi :|

Untungnya, gag lama si abang guide pun muncul, seperti biasa beliau jadi penyelamat saya.. ahahahaha

Dan tibalah kami dishelter dua sekitar jam 6 lebih. Hari mulai gelap.. sempet mampir sebentar ditenda rombongan pendaki yang tadi mampir ditenda kami. Dan kebodohan itu pun dimulai.. karena saya menitipkan kerir saya. Salah satu dari mereka, menawarkan untuk membawakan kerir saya. Saya pikir tidak masalah, ini bisa mengurangi beban saya, biar saya bisa jalan lebih cepat tanpa beban. Bodohnya, saya jalan duluan, rombongan mereka jalan belakangan diatas jam 7, saya pun tidak masalah. Toh jalan mereka cepat, mereka pasti bisa menyusul saya.


Kurang lebih, sekitar satu jam perjalanan turun dari shelter dua tiba-tiba hujan pun turun. Saya dalam keadaaan tanpa kerir tadinya menganggap biasa saja, mungkin hanya hujan rintik toh lagipula ini kan dihutan, yang rapat jd ada kemungkinan saya gag kebasahan, selain itu saya masih pake jaket yg berbahan water proff dan quick dry, jd saya gag kawatir kalau gag pake jas hujan.

Tapi memang ketika kita berada dialam, kita gag boleh menganggap remeh. Segala kemungkinan terjadi, dan alam terlalu kuat untuk kita anggap enteng, sedangkan kita yang manusia ini mah apa atuh.. :(

Hujan yang saya pikir hanya rintik kecil ternyata adalah hujan yang besar, malah saya pikir ini adalah badai. Saya pun melanjutkan perjalanan tanpa jas hujan hanya bermodal jaket yang lama kelamaan akhirnya pun saya basah kuyup sekujur tubuh. Belum lagi saya membawa kamera, saya pun makin panik.

Akhirnya, atas keputusan dari abang guide, diputuskan untuk camp satu malam lagi. Karena sudah sangat tidak memungkinkan melanjutkan perjalanan apalagi sampe pintu rimba dalam kondisi hujan.

Hujan makin deras. Sekujur tubuh saya yang basah kuyup sudah mulai kaku karena kedinginan, Kaki saya pun gag kuat lagi melangkah, apalagi melewati trek dari shelter dua ke shelter satu yang cukup berat dan karena hujan, jalur ini dilalui arus air yang turun dengan deras. Inilah yang disebut jalur air yang sesungguhnya. Saya panik melihat jalur yang lebih mirip sungai ketimbang trek pendakian, mental saya pun diuji untuk tidak takut dan terus melangkah.

Dengan keadaaan tubuh yang kedinginan hebat, yang ada dipikiran saya cuma "kayanya bakal kena hypo dan gag akan selamat" tapi hati kecil saya berusaha melawan semua pikiran buruk itu... sesulit apapun situasi yang saya hadapi, saya harus kuat dan bertahan, karena jika terjadi hal buruk saya akan merepotkan teman-teman saya.

Saya harus bertahan, jangan sampai saya mati konyol dan masuk dalam daftar pendaki yang celaka karena kecerobohannya sendiri, saya gag mau nama saya masuk media "lagi, pendaki mati digunung karena hypotermia akibat tidak pake jas hujan"... *amit amit.

Hampir dua jam perjalanan, kami menemukan tanah lapang yang gag begitu luas tapi cukup untuk mendirikan tenda. Langsung saja teman saya Flo, Novi serta Guide kami langsung mendirikan tenda. Sementara saya hanya bisa berdiri kaku terdiam, melawan dingin dan melawan semua pikiran buruk saya. Mulut saya tak berhenti berdoa meminta keselamatan pada Tuhan

Kurang lebih 15 menit tenda selesai didirikan. Hujan masih cukup deras. Saya langsung masuk ke tenda dan melepas semua pakaian. Teman saya meminjamkan kausnya dan abang guide meminjamkan celana, jaket dan sleeping bagnya.

Sekitar tengah malam, teman-teman pendaki yang yang membawa tas saya lewat juga dan membawakan tas saya. Langsung saja, abang guide mengambil sleeping bag ditas saya. Kasian beliau, sempat gag bisa tidur karena kedinginan tanpa sleeping bag. Akhirnya, abang guide bisa tidur dengan nyaman.  Tapi tetap saja, semalaman saya tidak bisa tidur nyenyak, tubuh saya masih menggigil kedinginan sepanjang malam.

Paginya, saya terbangun dan langsung terbengong. Malam yang berat itu saya sudah lewati, saya selamat. Tubuh saya juga sudah tidak menggigil. Tuhan sudah lindungi saya dari bahaya hypotermia.

Sekitar jam 10, kami pun lanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan saya mengucap syukur. Saya sudah diberi kekuatan untuk bertahan. Dari pengalaman yang buruk, saya banyak belajar.  Belajar untuk tidak mudah menyerah, belaja untuk tidk ceroboh dan belajar untuk melawan ketakutan dan pikiran buruk. Energi ditubuh saya sudah hampir habis, tapi kekuatan mental yang membuat saya bertahan.

Apa yang terjadi selama pendakian saya dikerinci benar-benar memberikan banyak pelajaran. Yang pasti akan menjadi modal untuk saya menjalani kehidupan sehari-hari.









note :


  • Gunung Kerinci masuk dalam provinsi Jambi, titik poin pendakian Gunung Kerinci adalah di Kersik Tuo, untuk menuju ke Kersik Tuo lebih dekat jika ditempuh melalui kota Padang, Sumatera Barat, maka direkomendasikan untuk mengambil penerbangan ke Padang jika hendak menempuh jalur udara.
  • Setelah dari Padang, perjalanan bisa dilanjut dengan menggunakan travel dengan tarif 120-170 ribu. Lama waktu perjalanan 6-8 jam
  • Jika hendak menempuh jalur darat bisa menuju ke Kota Sungai Penuh, dari sana ada angkutan umum dan perjalanan ditempuh sekitar 1-2 jam lagi untuk menuju ke Kersik Tuo.
  • Jika ingin bermalam di Kersik Tuo, baik sebelum atau sesudah pendakian, rekomendasi saya adalah Homestay Paiman, jika berminat bisa menghubungi Tika di 0853-7771-401, tarif Rp 40.000 perorang, permalam.
  • Untuk jasa Guide dan Porter bisa menghubungi abang Muslihun di 085367588494, beliau juga bisa membantu kita mengatur rencana selama kegiatan pendakian.

jangan lupa, untuk cek artikel saya tentang pendakian gunung kerinci di detik travel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar